Stetoskop
atau stethoscope adalah alat kedokteran yang paling sering dikaitkan
dengan profesi seorang dokter bahkan sepertinya sudah merupakan simbol seorang
dokter. Rasanya belum sah bila seorang dokter tidak memiliki alat ini. Tidak
heran kalau seorang dokter spesialis radiologi ataupun dokter ahli
laboratorium klinik yang jarang sekali perlu melakukan pemeriksaan fisik
terhadap pasiennya secara langsungpun memiliki setoskop.
Stetoskop berasal dari kata Yunani stetos
yang artinyadada dan skopein yang artinya
memeriksa. Alat kedokteran ini merupakan media untuk menyampaikan suara-suara
di dalam tubuh seorang pasien kepada telinga dokter yang memeriksanya.
Fungsi dari stetoskop ini
adalah untuk mendengarkan detak jantung, suara usus, dan lain sebagainya.
Dengan kemampuannya ini, Stetoskop dapat digunakan pula untuk mengetahui kerja
paru-paru dan juga untuk mengukur tekanan darah dengan mendengarkan denyut
nadi.
b.Endoscopy
Endoscopy adalah
merupakan alat untuk meneropong organ-organ dalam tubuh manusia tanpa sayatan
atau dengan sayatan kulit minimal. Salah satu fungsinya adalah untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada alat-alat pencernaan bagian atas dan juga
tenggorokan.
Pemeriksaan / tindakan pengobatan
didalam saluran pencernaan yang menggunakan peralatan berupa teropong
(Endoscop) Keunggulannya antara lain :
Dapat melihat dengan jelas lokasi dan jenis
kelainan dalam rongga saluran cerna
Tindakan pengobatan dengan resikonya jauh lebih ringan
daripada tindakan operasi.
Dapat menggantikan fungsi tindakan operasi, lebih
nyaman, biaya lebih murah dan efisien.
Hasil pemeriksaan dapat langsung dicetak.
c.Colonoscopy
Colonoscopy adalah alat kedokteran yang
fungsinya untuk mengetahui
kondisi saluran pencernaan bagian bawah. Bagian tersebut dimulai dari rectum,
anus sampai dengan usus pada bagian bawah.
d.Tensimeter
Alat kedokteran ini dipergunakan untuk
mengukur tensi atau tekanan darah. Dipergunakan untuk pemeriksaan pasien
hipertensi, anemia, dan lain sebagainya. Ada dua jenis tensimeter yaitu
tensimeter air raksa dan tensimeter digital.
Tensimeter air raksa di luar negeri saat
ini sudah dilarang untuk digunakan lagi karena bahaya dari air raksanya jika
tensimeter tersebut pecah. Tensimeter digital sendiri lebih canggih dan praktis
dipergunakan, namun harganya memang lebih mahal dibandingkan dengan yang
konvensional.
e.Termometer
Termometer adalah alat
kedokteran yang dipergunakan untuk mengukur suhu tubuh. Ada dua jenis
termometer yaitu termometer raksa dan digital. Perbedaannya terletak
pada alat pengukurnya.
Termometer berasal dari bahasa
Yunani yaitu Thermos yang berarti panas dan meter yang berarti mengukur. Jadi
termometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya
suhu suatu benda.
Untuk termometer digital, jika
suhu tubuh sudah di dapat maka alat tersebut akan mengeluarkan bunyi dengan
sendirinya sedangkan termometer raksa sendiri deteksinya memakan waktu yang
lama, sehingga kurang efisien untuk dipergunakan. Ini salah satu alat yang
wajib dimiliki dan tersimpan di kotak P3K Anda.
f.CT-Scan
CT- singkatan dari Computed Temography
sedangkan Scan adalah foto. Sehingga fungsi
dari alat ini tiada lain adalah untuk menghasilkan foto bagian-bagian dalam
dari tubuh dengan lebih lengkap dan akurat. Hal ini dikarenakan foto yang
dihasilkan dari CT-Scan ini merupakan foto (gambar) bagian dalam tubuh berupa
irisan.
g.X-Ray
Orang lebih mengenal alat kedokteran ini
dengan sebutan Rontgen. Alat ini dipergunakan untuk mengetahui bagian dalam
khususnya paru-paru. X-ray menjalankan fungsi kerjanya dengan penggunaan sinar
radiasi.
h.Laparoscopy
Alat kedokteran ini adalah alat yang
berfungsi untuk pembersihan darah. Selain itu, laparoscopy juga dipergunakan
untuk melakukan inseminasi.
i.Alat
Cek Darah
Alat cek darah biasanya memiliki tiga
fungsi dalam satu alat. Selain untuk mengecek kadar gula darah, juga
dapat digunakan untuk mengecek asam urat dan kolesterol dalam darah. Dipergunakan
pada pemeriksaan penyakit kolesterol, asam urat, diabetes, dan lain sebagainya.
j.Ultrasonography
(USG)
USG adalah suatu alat dalam dunia
kedokteran yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi
(250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.
Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik
kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip
kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan
ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk
kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
USG sering dipergunakan untuk
melihat perkembangan janin dalam tubuh ibu hamil, untuk mengecek adanya
penyakit lain dalam tubuh seperti kanker, miom, dan lain sebagainya.
k.Elektrokardiografi (ECG)
Elektrokardiografi adalah alat kedokteran
yang fungsinya untuk merekam aktivitas elektro atau kelistrikan yang terjadi di
dalam jantung.
Hasilnya dapat terlihat pada elektrodiagram. Biasanya dipergunakan pada
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan fungsi dari jantung.
Elektrokardiogram (EKG)
adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam
aktivitas kelistrikanjantung
dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro,
karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani
untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti
"menulis". Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan
informasi diagnostik yang penting.
SEMOGA BERMANFAAT :D
Jumat, 27 November 2015
CARA PEMASANGAN EKG ?
Ada yang tahu apa itu EKG ? ya betul, EKG adalah kepanjangan
elektrokardiografi yang berarti pemeriksaan atau perekaman gelombang
elektrik pada jantung. Caranya adalah dengan memasang elektroda pada
kaki dan dada untuk menciptakan perekaman 12 lead. Nah 12 lead maksudnya
adalah banyaknya arah gelombang elektris jantung yang diukur bukan
jumlah kabel elektroda yang diletakkan pada pasien.
Sebelum kita memulai perekaman alat yang harus disiapkan adalah:
Mesin EKG yang dapat merekam 12 lead
10 lead EKG (4 lead kaki, 6 lead dada ): harus terhubung dengan mesin
Elektroda EKG
Pisau cukur
Alkohol
Water based gel
Prosedurnya adalah:
Memperkenalkan diri, konfirmasi identitas pasien, jelaskan prosedur, dan mendapatkan izin secara verbal
Posisikan pasien pada posisi yang nyaman (duduk atau tidur) dengan bagian atas badan, kaki dan lengan terlihat
Membersihkan lokasi yang akan dipasang elektroda dengan mencukur
rambut dan membersihkan kulit dengan alkohol untuk mencegah hambatan
hantaran gelombang elektrik
Memberikan gel pada lokasi penempelan elektroda
Masing - masing elektroda dipasang dengan menemperlkan atau
penjepitkan bantalan atau ujung elektroda pada kulit pasien. Bantalan
elektroda biasa diberi label dan berbeda dari segi warna untuk mencegah
kesalahan pemasangan.
Setelah terpasang, Nyalakan mesin EKG, mengoperasikan sesuai
prosedur tetap sesuai dengan jenis mesin EKG (manual ataukah otomatis)
Cek kalibrasi dan kecepatan kertas ( 1 mV harus menciptakan
defleksi vertikal sekitar 10 mm dan kecepatan kertas 25 mm/detik atau
setara dengan 5 kotak besar/ detik)
Memastikan nama pasien, catat tanggal dan waktu pencatatan.
Setelah hasil didapatkan, lepaskan elektroda yang telah dipasang.
Note!!!!
Upayakan pasien nyaman, karena kontraksi otot yang berlebihan akan dapat mempengaruhi hasil
Arus elektrik AC dan sinar fluoresen dapat mempengaruhi hasil
sehingga jika ada gangguan upayakan mematikan lampu fluoresen dan
menjauhkan pasien dari kabel - kabel elektrik AC di sekitar pasien
Untuk lokasi pemasangan dan warna umum elektroda adalah sebagai berikut:
A. Limb leads (elektroda ekstremitas):
Tangan kanan : merah
Tangan kiri : kuning
Kaki kanan : hijau
Kaki kiri : hitam
Note!!!!
Elektroda ekstremitas atas memiliki ukuran sedang sehingga harus
dipasang pada bagian pergelangan tangan yang tidak berambut
Elektroda kaki merupakan elektroda terpanjang yang sebaiknya
diletakkan pada pergelangan kaki (idealnya pada bagian yang tidak
berambut pada suprolateral lateral malleolus)
B. Chest lead
V1 : ICS 4 sternal line kanan
V2 : ICS 4 sternal line kiri
V3 : pertengahan V2 dan V4
V4 : ICS 5 mid-clavicular line kiri
V5 : anterior axillary line kiri, segaris dengan V4
Minggu ke-1 : Proses pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan
informasi kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim.
Minggu ke-2 : Sel-sel mulai berkembang dan terbagi kira-kira dua kali
sehari sehingga pada hari yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan
membantu blastocyst terpaut pada endometrium
Minggu ke-3 : Embrio terbentuk sepanjang 0,08 inci / 2 mm.
Minggu ke-4 : Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah
terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta
(urat besar yang membawa darah ke jantung).
Minggu ke-5 : Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm.
Ectoderm adalah lapisan yang paling atas yang akan membentuk system
saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang
belakang, kulit serta rambut. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan
tengah yang akan membentuk organ jantung, buah pinggang, tulang dan
organ reproduktif. Lapisan Endoderm yaitu lapisan paling dalam yang akan
membentuk usus, hati, pankreas dan pundi kencing.
Minggu ke-6 : Terbentuk kepala dan badan.
Minggu ke-7 : Bentuk bayi semakin jelas.
Minggu ke-8 : Wajah bayi sudah mulai terbentuk diantaranya pembentukan
lubang hidung, bibir, mulut serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan
berada dibawah membran kulit yang tipis. Anggota tangan serta kaki juga
terbentuk walaupun belum sempurna.
Minggu ke-9 : Penyempurnaan telinga dan bayi mulai menggerakkan anggota badan.
Minggu ke-10 : Payudara bayi perempuan akan sedikit membengkak karena sudah terdapat hormon estrogen dan progesteron.
Minggu ke-11 : Alat kelamin luar mulai terbentuk tetapi ukurannya masih kecil.
Minggu ke-12 : Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi
membesar beberapa millimeter setiap hari. Jari kaki dan tangan mulai
terbentuk termasuk telinga dan kelopak mata.
Minggu ke-13 : Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang
lain. Badannya juga semakin membesar untuk mengejar pembesaran kepala.
Minggu ke-14 : Detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum tebal karena belum ada lapisan lemak.
Minggu ke-15 : Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari. Kelopak matanya masih tertutup.
Minggu ke-16 : Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi
melalui plasenta. Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa
mendengar suara. Dalam proses pembentukan ini system peredaran darah
adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi.
Minggu ke-17 : Rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis
kulit pada ujung jari mulai terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk.
Minggu ke-18 : Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding
rahim ibu. Hormon Estrogen dan Progesteron semakin meningkat.
Minggu ke-19 : Bayi mengeluarkan verniks yang berfungsi untuk melindungi kulitnya.
Minggu ke-20 : Proses penyempurnaan paru-paru dan system pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.
Minggu ke-21 : Bayi mulai membesar.
Minggu ke-22 : Struktur gigi bayi mulai berkembang.
Minggu ke-23 : Tangan dan kaki bayi telah terbentuk dengan sempurna, jari juga terbentuk sempurna.
Minggu ke-24 : Kulit bayi mulai menebal.
Minggu ke-25 : Tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang
semakin kuat. Saluran darah di paru-paru bayi sudah semakin berkembang.
Garis disekitar mulut bayi sudah mulai membentuk dan fungsi menelan
sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin membaik
karena di minggu ini bagian hidung bayi (nostrils) sudah mulai
berfungsi. Berat bayi sudah mencapai 650-670 gram dengan tinggi badan
34-37 cm.
Minggu ke-26 : Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina
matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan
pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi, bunda dapat memulai
memperdengarkan lagu yang ringan dan mencoba untuk memberi cahaya lebih
disekitar perut, mungkin bunda akan merasakan anggukan kepala si kecil.
Berat badan bayi sudah mencapai 750-780
gram, sedangkan tingginya 35-38 cm.
Minggu ke-27 : Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai
mengisap ibu jari dan menelan air ketuban yang mengelilinginya. Berat
umum bayi seusia si kecil 870-890 gram dengan tinggi badan 36-38 cm.
Minggu ke-28 : Lemak dalam badan mulai bertambah. Walaupun gerakan bayi
sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun
matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding
perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum
sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan
besar telah dapat bertahan hidup.
Minggu ke-29 : Sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa
mengidentifikasi perubahan suara, cahaya, rasa dan bau. Selain itu otak
bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu badan dari bayi.
Postur dari bayi sudah semakin sempurna sebagai seorang manusia, berat
badannya 1100-1200 gram, dengan tinggi badan 37-39 cm.
Minggu ke-30 : Mata indah bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke
sisi yang lain dan dia sudah mulai belajar untuk membuka dan menutup
matanya. Saat ini waktu yang terbaik bagi bunda untuk menyenteri perut
dan menggerak-gerakan senter tersebut maka mata bayi sudah bisa
mengikuti ke arah mana senter tersebut bersinar.
cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin berkurang. Kini
si kecil pun sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan bayi
1510-1550 gram, dengan tinggi 39-40 cm.
Minggu ke-31 : Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase
ini, hanya berat badan bayilah yang akan bertambah. Selain itu lapisan
lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya. Tulang pada
tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat dengan
zat-zat penting seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berkebalikan dengan
perkembangan fisiknya, pada fase ini perkembangan otaknyalah yang
berkembang dengan sangat pesat dengan menghasilkan bermilyar sel.
Apabila diperdengarkan musik, bayi akan bergerak. Berat badan bayi
1550-1560 gram dengan tinggi 41-43 cm.
Minggu ke-32 : Kulit bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah
terbuka dan system pendengaran telah terbentuk dengan sempurna. Kuku
dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan sempurna.
Rambutnya pun semakin banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai bisa
bermimpi, Berat badan bayi sudah mencapai 1700-1750 gram, dengan tinggi
badan 40-42 cm.
Minggu ke-33 : Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan
ibunya. Otak bayi semakin pesat berkembang. Pada saat ini juga otak
bayi sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap
jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulang-tulang bayi sudah
semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum benar-benar bersatu. Bayi
sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih di dalam
air. Apabila bayinya laki-laki maka testis bayi sudah mulai turun dari
perut menuju skrotum. Berat badan bayi 1800-1900 gram, dengan tinggi
badan sekitar 43-45 cm.
Minggu ke-34 : Kedudukan bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat
membuka dan menutup mata apabila mengantuk dan tidur, bayi juga sudah
mulai mengedipkan matanya. Tubuh bunda sedang mengirimkan antibodi
melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem
kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus berlangsung bahkan
lebih rinci pada saat bunda mulai menyusui. Berat Badan bayi 2000-2010
gram, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm.
Minggu ke-35 : Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak
dari tubuh bayi sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya,
lapisan lemak ini berfungsi untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya.
Bayi sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim bunda.
Apabila bayi bunda laki-laki maka di bulan ini testisnya telah sempurna.
Berat badan bayi 2300-2350 gram, dengan tinggi badan sekitar 45-47 cm.
Minggu ke-36 : Kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit
bayi. Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari
bayi. Ginjal dari bayi sudah bekerja dengan baik dan livernya pun telah
memproduksi kotoran. Saat ini paru-paru bayi sudah bekerja baik bahkan
sudah siap bertemu dengan mama dan papa. Berat badan bayi 2400-2450
gram, dengan tinggi badan 47-48 cm
Minggu ke-37 : Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin
membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat
dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah bisa
melihat adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada saat ini sedang belajar
untuk mengenal aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang belajar
untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di
dalam air. Berat badan bayi di minggu ini 2700-2800 gram, dengan tinggi
48-49 cm
Minggu ke-38 hingga minggu ke-40 : Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan.
Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang
memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
(potter, 2005)
Indikasi pemasangan infuse:
Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obat secara langsung kedalam intravena.
Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat.
Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infuse.
Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler.
Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral atau intramuskuler.
URAIAN PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
Instruksi pemasangan infuse dari Dokter tercata lengkap dan jelas pada
rekam medic atau secara lisan pada keadaan darurat bila ada kurang
dimengerti segera tanyakan pada Dokter yang memberi instruksi
Persiapan:
Meja/trolly serupa meja suntik tersedia diatasnya: IV catheter yang akan
digunakan. IV catheter cadangan atau wing needle. Transfusion
set/infusion set terbungkus steril, kapas alkohol 70%, bethadine, kasa
steril, plester/hypafik, spalk, larutan infuse yang akan diberikan.
Standar infuse.
Pencahayaan yang baik.
Tutup ruang pasien agar pelaksana dapat lebih konsentrasi.
Beritahukan kepada pasien tentang pemasangan infuse dan tenangkan pasien
Persiapkan cairan yang akan diberikan dengan menusukkan bagian tajam
infusion set kedalam botol larutan infuse. Buka saluran hingga ciaran
infuse memenuhi seluruh selang tanpa menyisakan udara dalam selang infus
Lakukan pemasangan infuse
Tentukan lokasi pemasangan, sesuaikan dengan keperluan rencana pengobatan, punggung tangan kanan/kiri, kaki kanan/kiri.
Siapkan plester.
Ligasi bagian proximal dari lokasi vena yang akan ditusuk dengan menggunakan ligator khusus (tourniquet).
Memakai sarung tangan.
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
Lencangkan kulit dengan memegang tangan/kaki dengan tangan kiri, siapkan IV cathter di tangan kanan.
Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembuluh vena dengan lubang jarum
menghadap keatas, sudut tusukan 30-40 derajat arah jarum sejajar arah
vena, lalu dorong.
Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian jarum
sedikit. Lanjutkan mendorong kanul kedalam vena secara perlahan sambil
diputar sampai seluruh kanul masuk.
Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari kanul. Tahan bagian kanul dengan ibu jari.
Hubungkan kanul dengan infusan/transfusion set. Buka saluran infuse
perhatikan apakah tetesan lancer. Perhatikan apakah lokasi penusukan
membengkak, menandakan ekstravasasi cairan sehingga penusukan harus
diulang dari awal
Bila tetesan lancer, tak ada ekstravasasi, lakukan fiksasi dengan plester/hypafix dan pada bayi/balita diperkuat dengan spalk.
Letakkan kassa steril yang sudah dioleskan dengan betadine, lalu
tempelkan pada vena yang ditusuk kemudian rekatkan dengan plester.
Pasang plster berikutnya untuk mengamankan selang infuse.
Rapikan pasien dan bereskan alat-alat.
Cuci tangan.
Atur tetesan infuse sesuai instruksi.
Dokumentasikan, lengkapi berita acara pemberian infuse, catat jumlah
cairan masuk dan keluar, catat balance cairan 24 jam setiap harinya,
catat dalam perincian harian ruangan.
Memasang kateter
1. Tujuan
a) Mendapatkan specimen urin steril
b) Mengosongkan kandung kemih
2. Persiapan
A. Alat Alat Pemasangan Infus
a. bak instrumen
b. spuit 10 cc
c. bengkok
d. Handscoen
e. aquadest
f. gunting plaster
g. perlak
h. kateter
i. Kapas air
j. kasa
k. Urine bag l. jelly/vaselin m.Selimut
3. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %
4. Prosedur Pemasangan Infus
1)pada laki-laki
a) Member tahu dan menjelaskan pada klien
b) Mendekatkan alat-alat
c) Memasang sampiran
d) Mencuci tangan
e) Menanggalkan pakaian bagian bawah
f) Memasang selimut mandi, perlak dan pengalas bokong.
g) Menyiapkan posisi klien
h) Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
i) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
j) Memegang penis dengan tangan kiri
k) Menarik preputium sedikit ke pangkalnya, kemudian membersihkanya dengan kapas
l) Mengambil kateter, ujungnya di beri vaselin 20 cm
m) Memasukkan kateter perlahan-lahan jedalam uretra 20 cm sambil
penis diarahkan ke atas, jika kateter tertahan jangan di
paksakan. Usahakan penis lebih di keataskan, sedikit dan pasien di
anjurkan menarik nafas panjang dan memasukkan kateter
perlahan-lahan sampai urine keluar, kemudian menampung urine
kedalam botol steril bila diperlukan untuk pemeriksaan.
n) Bila urine sudah keluar semua anjurkan klien untuk menarik nafas
panjang. Kateter di cabut pelan-pelan di masukkan ke
dalam botol yang berisi larutan klorin.
o) Melepas sarung tangan dan memasukkan ke dalam botol bersama dengan kateter dan pinset.
p) Memasang pakaian bawah, menambil perlak dan pengalas.
q) Menarik selimut dan mengambil selimut mandi.
r) Membereskan alat.
s) Mencuci tangan.
2) pada wanita
Memberitahu dan menjelaskan pada klien.
Mendekatkan alat-alat
Memasang sampiran
Mencuci tangan
Menanggalkan pakaian bagian bawah
Memasang selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
Menyiapkan posisi klien
Meletakkan dua bengkok diantara tungkai pasien
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
Lakukan vulva higyene
Mengambil kateter lalu ujungnya diberi faseline 3-7 cm
Membuka labiya mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri sampai terlihat meatus uretra, sedangkan tangan kanan
memasukkan ujung kateter perlahan-lahan ke dalam uretra sampai urine
keluar,sambil pasien dianjurkan menarik nafas panjang.
Menampung urine kedalam bengkok bila diperlukan untuk pemeriksaan.
Bila urine sudah keluar semua ,anjurkan klien untuk menarik nafas
panjang, kateter cabut pelan pelan di masukkan ke dalam bengkok yang
berisi larutan klorin.
Melepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset.
Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas.
Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
Membereskan alat
Mencuci tangan
Peralatan :
Sarung tangan
Pinset
Spuit
Batadine
Bengkok 2 buah
Plester
Bensin
Lidi wetan
Prosedur Pemasangan Infus:
Meberitahu pasien
Mendekatkan alat
Memasang sampiran
Mencuci tangan
Membuka plester dengan bensin
Memakai sarung tangan
Mengeluarkan isi balon kateter dengan spuit
Menarik kateter dan anjurkan pasien untuk tarik nafas panjang, kemudian letakkan kateter pada bengkok.
Olesi area preputium(meatus,uretra) dengan betadin
Membereskan alat
Melepaskan sarung tangan
Mendokumentasikan.
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pemeriksaan Frekuensi Nadi
Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan
Pemasangan vital sign
A. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan pengukuran
tekanan darah, yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer,
menggunakan Sphygmomanometer. Tekanan darah adalah tekanan yang
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume,
laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat
fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang
disebut tekanan sistolik. Sedangkan tekanan terendah terjadi saat
jantung beristirahat yang disebut tekanan diastolik. Tekanan darah
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic
dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Pemeriksn tekanan darah bertujuan untuk menilai system
kardiovaskular/keadaan hemodinamik klien (curah jantung, tahanan
vaskuler perifer, volume darah dan viskositas, dan elastisitas arteri).
Pemeriksaan dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang pemeriksaan
atau ruang perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan
sewktu-waktu sesuai kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah,
hindari pemeriksaan pada ekstrimitas yang terpasang infus, trauma
ataupun gips; apabila akan mengulang prosedur pemeriksaan, tunggu
sekitar 30 detik sampai satu menit setelah skala nol; serta periksa
terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada
metode langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri.
Pengukuran tidak langsung dilakukan dengan sfigmomanometer dan
stetoskop.
Sfigmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai
Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu.
Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai
pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi
lingkungan meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi
perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih
digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Sphygmomanometer
terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong
karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum
mirip jarum stopwatch atau air raksa. Sfigmomanometer tersusun atas
manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang
berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian
rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan
dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Agar
sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah
dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi.
Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:
Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.
Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg
(ke 198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.
Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1
detik, berarti harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer
tersebut. Karena jika kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah
untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya tekanan darah sistolic
pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya. Begitu
juga dengan diastolik.
Ukuran Manset
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang
sesuai bagi pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien,
seperti pada anak-anak, maka pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan
sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya pada penggunaan manset
ukuran standar pada pasien obesitas, maka pembacaan tekanan akan lebih
tinggi dibanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran
manset untuk berbagai ukuran lingkar lengan.
Rentang Nilai Tekanan Darah a. Neonatus dan Anak
Umur (Tahun)Sistole (mmHg)Diastole (mmHg)
Neonatal75-10545-75
2 – 680-11050-80
785-12050-80
890-12055-85
990-12055-85
1095-13060-85
1195-13560-85
1295-13560-85
13100-14060-90
14105-14065-90
Tabel 2: Rentang Nilai (Batasan Normal) Tekanan Darah
pada Bayi dan Anak
b. Remaja dan Dewasa (> 15 tahun)
KategoriSistole (mmHg)Diastole (mmHg)
Hipotensi< 90< 60
Normal90 – 11960 – 79
Prehipertensi120 – 13980 – 89
Hipertensi derajat 1140 – 15990 – 99
Hipertensi derajat 2160 – 179100 – 109
Krisis Hipertensi180 atau lebih110 atau lebih
Tabel 3: Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah (Perry dan Potter, 1993)
a. Umur
Tekanan darah akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri,
dinsing arteri semakin kaku sehingga tahanan pada arteri semakin basar
dan meningkatkan tekanan darah.
b. Waktu Pengukuran
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah
biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi
menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam.
Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.
c. Latihan dan Aktivitas Fisik
Latihan dan aktivitas fisik dapat meningkatkan cardiac output dan
tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan peningkatan metabolism tubuh.
Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga membutuhkan aliran yang
lebih cepat untuk mensuplai oksigen dan nutrisi (tekanan darah naik).
d. Stress (kecemasan, takut, emosi dan nyeri)
Stress ini akan merangsang syaraf simpatik, mengakibatkan peningkatan
denyut jantung serta peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain
itu juga mengakibatkan vasokonstriksi arteri.
e. Miscellaneus Faktor/Posisi Tubuh
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini
berkaitan dengan efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring, gaya
gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran
tersebut horizontal, sehingga jantung tidak terlalu memompa dan tidak
terlalu melawan gaya gravitasi. Pada saat duduk maupun berdiri, kerja
jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya
gravitasi bumi, sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Posisi
berbaring tekanan darah lebih rendah daripada duduk atau berdiri.
Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan berusaha
menstabilankan tekanan darah.
f. Obat-obatan
Terdapat beberapa obat yang dapat menyebabkan peningkatan ataupun
penurunan tekanan darah, seperti analgetik yang dapat menurunkan tekanan
arah.
B. Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pemeriksaan suhu tubuh akan memberikan tanda/hasil suhu inti yang secara
ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.
Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat, yaitu:
a. Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981
b. Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)
c. Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)
d. Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)
Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C. Untuk mengukur suhu
hipotermi diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer)
yang dapat mengukur sampai 25 derajat Celcius.
b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5 - 37,5°C
c. Febris / pireksia / panas, bila suhu tubuh diatas 37,5 - 40°C
d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh a. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu
tubuh sangat terkait dengan laju metabolisme.
b.Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk
dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi
panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress
individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan
norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
c.Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh
juga meningkat.
d.Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
e.Hormone kelamin
Hormone kelamin pria (testosterone)dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan
peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih
bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone
pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas
suhu basal.
f.Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
g.Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 –
30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang
dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang
mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).
Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah
mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik,
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
h.Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal.
Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
i.Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai
zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat
yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh
terganggu.
j.Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh manusia.
Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar
melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena
panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke
fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung
banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup
tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan
konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan
suhu tubuh.
C. Pemeriksaan Frekuensi Nadi
Pemeriksaan denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau
arteri, dengan cara menghitung kecepatan/loncatan aliran darah yang
dapat teraba pada berbagai titik tubuh melalui perabaan. Pemeriksaan
nadi dihitung selama satu menit penuh, meliputi frekuensi, keteraturan
dan isi. Selain melalui perabaan dapat juga diperiksa melalui stetoskop.
Pemeriksaan denyut nadi bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien,
mengetahui integritas system kardiovaskuler, dan mengikuti perkembangan
jalannya penyakit.
Titik denyut, misalnya: denyut arteri temporalis dan arteri frontalis
pada kepala, arteri karotis pada leher, arteri brachialis pada lengan
atas/siku bagian dalam, arteri radialis dan ulnris pada pergelangan
tangan, arteri poplitea pada belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis
atau arteri tibialis posterior pada kaki.
Frekuensi denyut nadi sangat bervariasi, tergantung jenis kelamin, jenis
pekerjaan, dan usia. Demikian juga halnya waktu berdiri, sedang makan,
mengeluarkan tenaga atau waktu emosi.
Batasan dan Klasifikasi (Whaley dan Wong, 1993)
Bayi yang baru dilahirkan (1-3 bulan): 120-140 kali/menit, bayi 4
bulan-2 tahun: 80-150 kali/menit, anak 2-10 tahun: 70-110 kali/mnit,
anak anak >10 tahun: 55-90 kali/menit, dewasa: 60-90 kali/menit, dan
usia lanjut yang sehat: 60/100 kali/menit.
Nadi yang cepat disebut tathicardia atau pulsus frekuens, dan nadi yang
lambat disebut bradicardia atau pulsus rarus. Pulsus frekuens dijumpai
pada demam tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteria dan
berbagai jenis penyakit jantung. Nadi yang lambat terdapat pada penyakit
miksudema (kekurangan tiroksin), penyakit kuning dan tifoid. Irama nadi
sifatnya teratur pada orang sehat, akan tetapi nadi yang tidak teratur
belum tentu abnormal. Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana
frekuensi nadi menjadi cepat pada saat inspirasi dan melambat waktu
ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai pada anak-anak.
Jenis nadi tidak teratur lainnya adalah abnormal.
D. Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan
Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan menghitung jumlah
pernafasan, yaitu inspirasi yang diikuti ekspirasi dalam satu menit
penuh. Selain frekuensi, pemeriksa juga menilai kedalaman dan irama
gerakan ventilasi (jenis/sifat pernafasan). Selain itu, pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui keadaan umum klien, mengikuti perkembangan
penyakit, dan membantu menegakkan diagnosa.
Jenis Pernafasan
Chyne Stokes: pernafasan yang sangat dalam yang berangsur-angsur menjadi
dangkal dan berhenti sama sekali (apnoe) selama beberapa detik untuk
kemudian menjadi dalam lagi. (keracunan obat bius, penyakit jantung,
penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan perdarahan pada susunan saraf
pusat)
Biot : pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnoe yang tidak teratur. (meningitis)
Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya dan
sama dalamnya, sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam.
(keracunan alkohol dan obat bius, koma, diabetes, uremia
Batasan Normal
Batasan normal beraneka ragam tergantung usia. Pada bayi: 30 – 60
kali/menit, anak-anak: 20 – 30 kali/menit, remaja: 15 – 24 kali/menit,
dan dewasa: 16 – 20 kali/menit.
Definisi NGT
NGT adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat
yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic
yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT diantaranya di
bagi menjadi 3 kategori yaitu:
Dewasa ukurannya 16-18 Fr
Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
Bayi ukuran 6 Fr
Indikasi pemasangan NGT
indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:
Pasien tidak sadar
pasien Karena kesulitan menelan
pasien yang keracunan
pasien yang muntah darah
Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut
Tujuan Pemasangan NGT
Tujuan pemasangan NGT adalah sebagai berikut:
Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan
Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan
Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung
Kontraindikasi pemasangan NGT
Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus
Pasien yang mengalami cidera serebrospinal
Peralatan yang dipersiapkan diantaranya adalah;
Selang NGT ukuran dewasa, anak –anak dan juga bayi. Melihat kondisi pasiennya
Handscun bersih
Handuk
Perlak
Bengkok
Jelli atau lubricant
Spuit 10 cc
Stetoskop
Tongue spatel
Plaster
Pen light
Gunting
Langkah Pemasangan NGT
Langkah –langkah dalam pemasangan NGT diantaranya dengan:
Siapkan peralatan di butuhkan seperti yang telah disebutkan diatas
termasuk plester 3 untuk tanda, fiksasi di hidung dan leherdan juga
ukuran selang NGT
Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT dan jelaskan pada pasien atau keluarganya tujuan pemasangan NGT
Setelah minta izin bawa peralatan di sebelah kanan pasien. Secara etika perawat saat memasang NGT berda di sebelah kanan pasien
Pakai handscun kemudian posisikan pasien dengan kepala hiper ekstensi
Pasang handuk didada pasien untuk menjaga kebersihan kalau pasien muntah
Letakkan bengkok di dekat pasien
Ukur selang NGT mulai dari hidung ke telinga bagian bawah, kemudian dari
telinga tadi ke prosesus xipoidius setelah selesai tandai selang dengan
plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan
Masukkan selang dengan pelan2, jika sudah sampai epiglottis suruh pasien
untuk menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah sampai batas
plester cek apakah selang sudah benar2 masuk dengan pen light jika
ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan pasang lagi
Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar2 masuk lambung atau trakea
dengan memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit. Kemudian
dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah benar
masuk lambung. Kemuadian aspirasi kembali udara yang di masukkan tadi
Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi
Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di
leher. Jangan lupa mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk
Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga.
Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu harus dilepas dan di pasang NGT yang baru.
Langkah –langkah pemberian makanan cair lewat NGT
Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah sebagai berikut:
Siapakan spuit besar ukuran 50 cc
Siapakan makanan cairnnya ( susu, jus)
Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok
Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supata tidak kemasukan udara dengan mengklem.
Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit harus
diatas supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung.
Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah tekanan lambung, biarkan makanan mengalir mengikuti gaya gravitasi
Makanan yang di masukkan max 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka bisa dilakukan 4 kali .
Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa mencuci
dulu spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air supaya
sisa-sisa makanan tidak mengendap di selang karena bisa mengundang
bakteri.
Pengertian
Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui
sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh
B. Tujuan pemasangan infus
Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air,
elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral
Memperbaiki keseimbangan asam basa
Memperbaiki volume komponen-komponen darah
Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
Memonitor tekan Vena Central (CVP)
Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan.
C. Indikasi pemasangan infus
Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan
pemberian obat langsung ke dalam Intra Vena
Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti
furosemid, digoxin)
Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara
terus-menerus melalui Intra vena
Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya
pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus
intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan
pemberian obat)
Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya
risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum
pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang
jalur infus.
Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan
dengan injeksi intramuskuler.
D. Kontraindikasi
Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan
infus.
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah).
Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
E. Persiapan Alat
Standar infuse
Set infuse
Cairan sesuai program medic
Jarum infuse dengan ukuran yang sesuai
Pengalas
Torniket
Kapas alcohol
Plester
Gunting
Kasa steril
Betadin
Sarung tangan
F. Prosedur kerja:
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Pemasangan infus | dok. Aristianto
Cuci tangan
Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet
atau akses selang ke botol infuse
Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga
terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi selang dan
udara selang keluar
Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan
penginfusan
Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cmdi
atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan
gerakan sirkular ( bila sadar )
Gunakan sarung tangan steril
Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian
bawah vena da posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka
tarik keluar bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam
vena
Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan
bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak
keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan
slang infuse
Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
diberikan
Lakukan fiksasi dengan kasa steril
Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
G. Dokumentasi
Pendokumentasian keperawatan harus jelas :
waktu pemasangan
tipe cairan
Tempat insersi (melalui IV)
Kecepatan aliran (tetesan/menit)
Respon klien setelah dilakukan tindakan pemasangan infuse
Referensi :
http://inshifacantik.blogspot.com/2013/03/kdpk-pemasangan-infus.html
http://nersjomblo.blogspot.com/2012/12/video-cara-pemasangan-infus-intravena.html
Read
more:
http://www.abcmedika.com/2014/04/prosedur-pemasangan-infus.html#ixzz3sfvVn8bg
Definisi
• Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
• Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
• Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
• Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
2. Tujuan
• Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
• Untuk pengumpulan spesimen urine
• Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum danselama pembedahan
3. Prosedur
A. Alat
a. Tromol steril berisi
b. Gass steril
c. Deppers steril
d. Handscoen
e. Cucing
f. Neirbecken
g. Pinset anatomis
h. Doek
i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j. Tempat spesimen urine jika diperlukan
k. Urinebag
l. Perlak dan pengalasnya
m. Disposable spuit
n. Selimut
B. Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %
C. Petugas
a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan
D. Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent
E. Penatalaksanaan 1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum.
Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia
minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata
sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk
penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita
sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang
kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan.Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka
labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan
disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan
kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di
bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai
urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3
cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urinebag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
• Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
• Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
• Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
• Nama terang dan tanda tangan pemasang